Selasa, 23 April 2013

Contoh cerpen tentang persahabatan

Kekekalan Persahabatan


Pagi hari saat Atma terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggilnya.Ia pun langsung melihat keluar. Arta sudah menunggu diluar rumah kakeknya dia mengajak Atma untuk bermain bola basket.

“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya pada Atma.

“Sekarang?” tanya Atma dengan sedikit mengantuk.

“Besok! Ya sekarang!” jawab Arta dengan kesal.

“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”,

“Iya tapi cepat ya” pintanya.

Setelah Atma cuci muka, mereka pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakek Atma.

“Wah dingin ya.” Kata Atma pada Arta.

“Cuma begini aja dingin payah kamu.” Jawab Arta.

Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai.

“Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” Ajak Atma pada Arta.

“Ah! Dasarnya kamu aja yang males bawaannya ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja
dengan orang-orang disini.” Paksa Arta.


“Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” Jawab Atma malas.

 “Terserah kamu aja deh.” Jawab Arta sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.
           
Setelah beberapa menit Atma menunggu Arta bermain bola basket, tiba – tiba..

“Atma!” seseorang teriak memanggil namanya. Dia langsung mencari siapa yang memanggilnya. Tiba-tiba seorang gadis menghampirinya dengan tersenyum manis. Sepertinya dia mengenalnya. Tak lama berpikir. Setelah gadis itu mendekat dia baru ingat.
“Vivian?” tanya dalam hati penuh keheranan. Vivian adalah teman satu SD dengannya dulu, mereka sudah tidak pernah bertemu lagi sejak mereka lulus 4 tahun lalu. Bukan hanya itu Vivian juga pindah ke Banjarmasin ikut orang tuanya yang bekerja disana.

“Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya pada Atma.

“Vivian kan?” tanyaku padanya.

“Yupz!” jawabnya sambil tersenyum pada Atma.

 Setelah kami ngobrol tentang kabarnya Atma pun memanggil Arta.
“Ta! Sini” panggilnya pada Arta yang sedang asyik bermain basket.

“Apa lagi?” tanyanya pada Arta dengan malas.

“Ada yang dateng” jawab Atma.

“Siapa?” tanya Arta lagi,

“Vivian!” jawab Atma dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik.

“Siapa? Nggak kedengeran!” jawab Arta lantang.

“Sini dulu aja pasti kamu seneng!” sahut Atma.

Akhirnya Arta pun datang menghampiri Atma dan Vivian. Dengan heran Arta melihat kearah mereka berdua. Ketika Arta sampai Atma heran melihat Arta yang tiba-tiba menyapanya.

“Vivian?” tanya Arta sedikit kaget melihat Vivian yang sedikit berubah.

“Kenapa kok tumben ke Banyuwangi? Kangen ya sama aku?” tanya Arta pada Vivian.

“Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawab Atma sambil menatap wajah Vivian yang
sudah berbeda dari 3 tahun lalu.

“Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” Jawab Vivian.

“Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Arta sedikit lemas.

“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” Jawab Vivian dengan senyumnya yang manis.

Akhinya Vivian mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Vivian. Ketika mereka sampai di rumah Vivian ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 5 tahun.

“Vi, ini siapa?” tanya Atma kepada Vivian.

“Kamu lupa ya ini kan Alvin! Adikku.” Jawab Vivian.

“Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”

“Dasar pikun!” ejek Arta pada Atma.

“Emangnya kamu inget tadi?” tanya Atma pada Arta.

“Nggak sih!” jawab Arta malu.

“Yeee sama aja!”.

 “Biarin aja!” jawab Arta cuek.
“Udah-udah jangan pada ribut terus.” Vivian keluar dari rumah membawa minuman.

“Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanya Vivian pada mereka berdua.

“Kalau aku jelas mau dong! Kalau Arta tau!” jawab Atma tanpa pikir panjang.

“Ye kalau buat Vivian aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Arta
pada Atma.

“Maaf banget Vian, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” Jawab Arta kepada Vivian.

“Oh gitu ya! Ya udah At nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Vivian.

“Ok deh!” jawab Atma cepat.

Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Vivian terkesan dan pamit ke orang tuanya langsung berangkat ke rumah nenek Vivian. Sampai dirumah Vivian atma mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Vivian pun keluar dan mempersilahkan dia masuk.

“Eh Atma sini masuk dulu! Viviannya baru siap-siap.” kata beliau ramah.

“Iya tante!” jawabnya sambil masuk kedalam rumah.
Ibu Vivian tante  Susi memang sudah kenal padanya karena dia memang sering main kerumah Vivian.

“Vian ini Atma udah dateng” panggil tante Susi kepada Vivian.

“Iya ma bentar lagi” teriak Vivian dari kamarnya.

Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya
.
“Udah siap ayo berangkat!” ajaknya pada Atma.

Setelah pamit untuk pergi Atma dan Vivian pun langsung berangkat. Dari tadi pandangannya tak pernah lepas dari Vivian.

“Atma kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanya Vivian kepada Atma.

“Eh nggak apa-apa kok!” jawab Atma kaget.

Mereka pun sampai di tempat tujuan. Mereka naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Vivian. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Vivian. Mereka pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Vivian Atma disuruh mampir oleh tante Susi.

“Ayo Atma mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Susi pada Atma.

“Ya tante.” jawabnya pada tante Susi.
Setelah waktu terasa sudah malam Atma meminta izin pulang. Sampai dirumah Atma langsung masuk ke kamar untuk ganti baju. Setelah ganti baju ia makan malam.

“Kemana aja tadi sama Vivian?” tanya ibunya pada Atma.

“Dari jalan-jalan!” jawabnya sambil melanjutkan makan.
Selesai makan ia langsung menuju ke kamar untuk tidur. Tetapi ia terus memikirkan Vivian. Kayanya dia suka sama Vivian. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” Bisik Atma dalam hati. Satu minggu berlalu, dia masih tetap kepikiran Vivian terus. Akhirnya sore harinya Vivian harus kembali ke Banjarmasin lagi. Atma dan Arta datang kerumah Vivian. Akhirnya keluarga Vivian siap untuk berangkat. Pada saat itu Atma mengatakan kalau dia suka pada Vivian.

“Vivian aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku?” kata Atma gugup.

“Maaf Atma aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya pada Atma. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”

Atma memberi Vivian hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Vivian dan keluarganya berangkat ke Banjarmasin. Walaupun sedikit kecewa Atma tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Vivian. Dia berharap persahabatan mereka terus berjalan hingga nanti.






Nama  : Silvia Puspita Sari
Kelas   : XII IPS 1 / 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar