Selasa, 23 April 2013

CERPEN KEHIDUPAN




 Malas Membuatnya Celaka


                Pagi itu jam becker mulai berbunyi seperti suara ayam yang berkokok karena sang fajar telah tiba, dan suara itu ternyata masih belum mempan untuk membangunkan Ratih yang enak terlentang diatas kasurnya itu dengan mata masih terpejam. Sudah 2 kali dengan diantara jeda bunyi, jam itu masih saja dimatikan terus menerus seolah dia tidak ingin diganggu dan dibangunkan.
                Maklum putri tunggal dari pengusaha ternama itu terlalu mengandalkan pembantunya untuk dibangunkannya, pada hal waktu sudah menunjukkan pukul 05.55 dan seharusnya kurang 5 menit lagi Ratih sudah harus ada di sekolah. Tapi dia malah masih ada di kamarnya enak-enakan tidur.
                Sering kali dia merasakan telatnya sekolah dan jarang sekali Ratih untuk dating lebih awal, karena dia sering bangun kesiangan, hingga teman-temannya menjuluki Ratih sebagai ‘’Ratu Molor’’, tapi dia tetap saja enggan merasa malu meskipun temannya mengolok-ngolok ucapan tersebut.
                Jadwal pagi membangunkan Ratih untuk yang kesekian kalinya akan terlaksanakan oleh pembantunya, ‘’Non, bangun Non, sudah pagi waktunya berangkat ke sekolah ini sudah jam 06.55.’’ ‘’Hmm… Bik,… terlalu cepat untuk pagi… ini kan masih malam…’’ Omongnya mulai ngelantur sambil menggeliat-nggeliat diatas ranjangnya. ‘’Gak, Non ini benar-benar sudah pagi lagian, lihat dech… buku-buku Non Ratih tercecer dimana-mana nanti pekerjaan rumahnya ada yang ketinggalan lho…’’ kata bibi itu sambil memungut buku pelajaran Ratih yang ada di lantai. Sekejap bibi memperingati tentang pekerjaan rumah, lalu Ratih yang semula santai diatas ranjangnya dia kaget langsung duduk dan melototkan diri. ‘’Aduh… bibi, aku lupa…PR Matematika aku kan belum mengerjakan!!.’’ Lalu dia membelokkan kepalanya ke arah jam beckernya, dan Ratih spontan terkejut dengan melihat jamnya itu tanpa mengedipkan mata dan berteriak, tidak!!!...’’ Lalu ratih cepat-cepat ke kamar mandi, hanya waktu 2 menit dia melakukan aktivitas mandi, ganti baju, sarapan, dan beres-beres bukunya. Pembantu rumah tangga itu hanya bias mulut menganga dengan kejadian itu, hanya sisa 3 menit ia melanjutkan untuk berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda gayuhnya yang akan menjangkau jarak 1,5 km dari rumah sampai ke sekolahannya.
                Dan ternyata dia sampai sana sudah terlambat 2 menit, tapi di sisi lain keberuntungan masih berpihak dengan dia, karena satpam sekolahnya sudah 2 menit tidak menutu gerbang karena sedang membetulkan atap pos yang lagi bocor, dengan tingkah gesitnya, Ratih memasuki gerbang sekolah secara diam-diam lalu, memparkirkan sepeda gayuhnya yang telah disiapkan oleh siswa. Dan dia lari dengan terburu-buru meewati lorong hingga dia bertemu dengan guru PKn, yaitu Bu.Siti. Segenap itu, guru pelatih budi pekerti itu sangatlah terkejut dan melongo sejadi-jadinya.
                Tiba di kelas IX, Ratih mengetuk pintu kelasnya itu yang keadaannya sedang membahas PR matematika dan semua mata berpindah pandangan menuju Ratih yang seorang diri sampai mengamati dengan membolak-balik bola mata masing-masing dari arah bawah hingga sampai ke atas sambil melongo dan terbahak-bahak sepuasnya. Hingga di tegurnya oleh pak guru matematika itu, ‘’Ratih!!! Apa-apaan kamu?? Dandanan kamu kok aneh gitu?? Sudah terlambat, masih cari atraksi saja, makin hari kamu tambah aneh sekali…!’’ Tegur P.Eko yang sambil menahan tawanya terhadap tingkah laku Ratih yang sangat menggelitikkan perut itu. ‘’Apa ada yang salah dengan penampilan saya, Pak??...’’ Tanya balik Ratih dengan wajah yang heran. ‘’Salah banget Ratih… lihat saja dandanan kamu itu seperti topeng monyet…’’ Ejek temannya. Tapi kenapa tidak?? Pernyataan itu memang benar dandanannya tidak karuan sekali, di janggut penuhsekali dengan sisa-sisa pasta gigi, di kening sebelah kiri kanan masih juga tersisakan busa sabun mandi, hingga penataan rambut yang acak-acakan, menggunakan kaos kaki putih yang berbeda ukuran antara panjang pendek, hingga sampai menggunakan sepatu yang berbeda warna, sungguh hari yang aneh sekali bagi Ratih, karena dia mengalaminya dengan keadaan tidak sadar setelah dia melihat tubuhnya sendiri, dengan melengkapi tidak beruntungnya hari itu tiba-tiba, ‘’Apakah kamu sudah mengerjakan tugas matematikamu?’’ Ratih hanya bias menggelengkan kepalanya dengan pelan dan menjawab, ‘’Kirain saya, bapak membahas pada jam terakhir, makanya saya tenang untuk dikerjakan diseko…oops…keceplosan dech…’’. Dan pengakuan Ratih membuat Pak Guru menjadi naik pitam dengan tingkah lakunya. ‘’ooo… jadi selama ini kalau ada tugas seenaknya kamu kerjakan di sekolah ya!!! Terus pada akhirnya, kamu menyalin pekerjaan punya teman-teman kamu?! Dasar!! Anak pemalas kamu ya…!!!’’. Tegur gurunya itu dengan heran pada tingkah laku Ratih.




                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar